Kamis, 12 Mei 2016

PESANTREN DAN KUALITAS PENDIDIKAN

Oleh: Maksis Sakhabi


Pendidikan merupakan salah satu penunjang  pembangunan daerah  yang didasari pada tingkat  Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mengembangkan SDM-nya maka dibutuhkan kualitas pendidikan yang baik dan bermutu. Yang menjadi tolak ukur tingkat kualitas pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu ; Sistem, Metode dan Praktik . Semua bentuk disiplin keilmuan bercabang dari dasar filsafat yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Tidak berbeda jauh untuk melihat tatanan pendidikan pun harus dilihat sistem yang terjadi, metode yang digunakan dan bagaimana hasil pencapaiannya. Ketiga aspek itu menjadi penunjang utama dalam mengembangkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
Pesantren adalah tempat kegiatan belajar mengajar secara intensif dan berulang-ulang. Kita semua tahu bahwa di dalam tradisi pesantren ada yang dinamakan dengan istilah Khataman. Para santri (murid, red) dianjurkan untuk mengadakan acara khataman sebagai achievement bahwa dirinya telah selesai melaksanakan studi secara total (kaffah), tidak sekedar lulus atau melewati mata pelajaran yang dilaluinya. Mereka melakukannya setelah tamat mempelajari suatu bidang ilmu serta memahami dan mendalaminya atau bahkan sampai menghafalnya. Maka dari itu, cara belajar demikian dibutuhkan pengulangan secara terus menerus dan dilakukan dengan intensif. Setiap kali mempelajari suatu ilmu, tradisi pesantren menganjurkan para muridnya untuk selalu sampai hafal ilmu tersebut. Oleh karenanya, banyak kalangan menilai bahwa pesantren merupakan pusat pendidikan yang menggunakan sistem pembelajaran berulang-ulang.
Melalui pengembangannya, pesantren mampu menghasilkan para alumninya untuk tampil di masyarakat sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya sebagai bekal hidup bermasyarakat. Tidak sedikit dari alumni pesantren yang mampu menjadi icon di masyarakat seperti menjadi tokoh agama dan cendekiawan. Berbicara mengenai sistem pembelajaran pesantren, perlu kita garis bawahi bahwa dewasa ini terdapat dua bentuk sistem yang diterapkan di pesantren, yaitu : sistem Salafi dan sistem Modern. Dua perbedaan ini diakibatkan perbedaan latarbelakang yang dijadikan sebagai identitas masing-masing pesantren. Tentu kita tahu bahwa sistem yang ada di pesantren Salafi menggunakan cara tradisional, karena berbuntut dari kelahiran sistem yang dibangun oleh ulama-ulama tradisional. Sistem ini sempat dipertahankan sampai sekarang karena dianggap sebagai budi luhur para ulama-ulama tradisional yang mengembangkan sistem pendidikan pesantren. Dalam kaitannya, pesantren salafi lebih menekankan  pada pembelajaran secara group (sorogan). Maka, cara pengajaran yang dilakukan pun dipusatkan pada satu buku (kitab) yang mempelajari suatu ilmu dengan konsisten dan berulang-ulang. Kata per kata, huruf per huruf juga menjadi perhatian serius dalam pembelajaran semacam ini.
Diskursus mengenai masyarakat dan pendidikannya, tidak akan bermakna jika tidak didekati dari latar belakang internal dan eksternal. Ala pendidikan pesantren membentuk masyarakat menjadi berakhlak mulia. Ini akan menentukan faktor internalnya, karena masyarakat akan langsung bertemu dengan pengalaman dari apa yang dipelajarinya, dan dalam bahasa filsafat disebut sebagai aksiologi. Kemudian, selain sistem pesantren salafi ada juga sistem modern. Sistem pendidikan pesantren modern ini dipelopori oleh Pondok pesantren Modern Darussalam Gontor yang pada mulanya berawal dari sistem salafi. Sistem pendidikan ini merupakan kombinasi antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum (science). Maka, dalam pendidikan pesantren modern terdapat ilmu-ilmu umum seperti Matematika, Fisika, Bahasa Inggris, dan lain-lain. Sistem ini juga mengandung unsur perpaduan antara kurikulum nasional dengan kurikulum lokal.
Pada praktiknya, pendidikan pesantren mengajarkan  bentuk kemandirian sosial yang juga dijadikan sebagai modal utama agar seseorang memiliki kepekaan  terhadap lingkungan kehidupannya. Para alumni pesantren telah mampu menguasai medan masyarakat. Ini artinya bahwa semakin seseorang mendapatkan pelajaran kemandirian maka semakin seseorang memiliki rasa peka tehadap kondisi sosialnya. Bisa dibuktikan bahwa tokoh-tokoh agama telah menjadi extra public opinion di tengah-tengah keragaman pemahan masyarakat tentang sosial, agama, politik, ekonomi dan budaya. Ini adalah imbas dari pada bentuk pelajaran kemandirian dan pengabdian terhadap kondisi sosial masyarakat yang terdapat pada pola pendidikan pesantren, baik pesantren salafi maupun pesantren modern.
Menghadapi Perkembangan Teknologi
Sebagai lembaga pendidikan sudah seharusnya mampu menjawab setiap tantangan zaman yang hadir di masanya. Tentu tidak hanya sebatas transformasi ilmu dari guru kepada muridnya melainkan sebagai control social dan agen perubahan (agent of change) dari pada kehidupan sosial. Seiring dengan perkembangan dunia teknologi yang semakin hari semakin canggih dirasakan memiliki dampak yang signifikan bagi kelangsungan kehidupan sosial masyarakat. Disadari atau tidak, teknologi telah banyak merubah pola hidup masyarakat khususnya di perkotaan. Salah satu contoh adalah kecepatan akses informasi melalui media dan teknologi. Dahulu, ketika orang ingin mengetahui perkembangan di luar daerahnya harus menunggu kerabatnya yang berada di luar sana untuk menceritakan keadaan daerah tersebut, Tetapi sekarang lain hal lain cerita, setiap orang bisa dengan mudah mengakses informasi daerah luar secara langsunng dan terkini melalui media televisi, surat kabar bahkan internet.
Seperti yang digambarkan tersebut di atas, pendidikan pesantren telah sampai kepada jembatan penghubung arus informasi. Dunia pesantren telah mampu mengejar kemajuan teknologi informasi. Tidak hanya laboratorium bahasa, komputer dan IPA saja yang telah memasuki dinding pendidikan pesantren tetapi internet pun sudah menjadi alat bantu pendidikan di pesantren.
Struktur perubahan yang ada pada pendidikan pesantren seakan melengkapi wahana pendidikan di masyarakat. Selain dapat mencerdaskan masyarakat secara keilmuan juga mencerdaskan masyarakat secara nurani dan kejiwaan (IQ, EQ dan SQ). Ini yang betul-betul menjadi modal utama kehidupan masyarakat.

Tim MS Corner

About Tim MS Corner

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :