Oleh: Maksis Sakhabi
Pendidikan merupakan salah satu penunjang pembangunan daerah yang didasari pada tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mengembangkan SDM-nya maka dibutuhkan kualitas pendidikan yang baik dan bermutu. Yang menjadi tolak ukur tingkat kualitas pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu ; Sistem, Metode dan Praktik . Semua bentuk disiplin keilmuan bercabang dari dasar filsafat yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Tidak berbeda jauh untuk melihat tatanan pendidikan pun harus dilihat sistem yang terjadi, metode yang digunakan dan bagaimana hasil pencapaiannya. Ketiga aspek itu menjadi penunjang utama dalam mengembangkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
Pendidikan merupakan salah satu penunjang pembangunan daerah yang didasari pada tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mengembangkan SDM-nya maka dibutuhkan kualitas pendidikan yang baik dan bermutu. Yang menjadi tolak ukur tingkat kualitas pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu ; Sistem, Metode dan Praktik . Semua bentuk disiplin keilmuan bercabang dari dasar filsafat yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Tidak berbeda jauh untuk melihat tatanan pendidikan pun harus dilihat sistem yang terjadi, metode yang digunakan dan bagaimana hasil pencapaiannya. Ketiga aspek itu menjadi penunjang utama dalam mengembangkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
Pesantren
adalah tempat kegiatan belajar mengajar secara intensif dan berulang-ulang.
Kita semua tahu bahwa di dalam tradisi pesantren ada yang dinamakan dengan
istilah Khataman. Para santri (murid, red) dianjurkan untuk mengadakan
acara khataman sebagai achievement bahwa dirinya telah selesai
melaksanakan studi secara total (kaffah), tidak sekedar lulus atau
melewati mata pelajaran yang dilaluinya. Mereka melakukannya setelah tamat
mempelajari suatu bidang ilmu serta memahami dan mendalaminya atau bahkan
sampai menghafalnya. Maka dari itu, cara belajar demikian dibutuhkan
pengulangan secara terus menerus dan dilakukan dengan intensif. Setiap kali
mempelajari suatu ilmu, tradisi pesantren menganjurkan para muridnya untuk
selalu sampai hafal ilmu tersebut. Oleh karenanya, banyak kalangan menilai
bahwa pesantren merupakan pusat pendidikan yang menggunakan sistem pembelajaran
berulang-ulang.
Melalui
pengembangannya, pesantren mampu menghasilkan para alumninya untuk tampil di
masyarakat sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya sebagai bekal hidup
bermasyarakat. Tidak sedikit dari alumni pesantren yang mampu menjadi icon
di masyarakat seperti menjadi tokoh agama dan cendekiawan. Berbicara mengenai
sistem pembelajaran pesantren, perlu kita garis bawahi bahwa dewasa ini
terdapat dua bentuk sistem yang diterapkan di pesantren, yaitu : sistem Salafi
dan sistem Modern. Dua perbedaan ini diakibatkan perbedaan latarbelakang yang
dijadikan sebagai identitas masing-masing pesantren. Tentu kita tahu bahwa
sistem yang ada di pesantren Salafi menggunakan cara tradisional, karena
berbuntut dari kelahiran sistem yang dibangun oleh ulama-ulama tradisional.
Sistem ini sempat dipertahankan sampai sekarang karena dianggap sebagai budi
luhur para ulama-ulama tradisional yang mengembangkan sistem pendidikan
pesantren. Dalam kaitannya, pesantren salafi lebih menekankan pada pembelajaran secara group (sorogan).
Maka, cara pengajaran yang dilakukan pun dipusatkan pada satu buku (kitab) yang
mempelajari suatu ilmu dengan konsisten dan berulang-ulang. Kata per kata,
huruf per huruf juga menjadi perhatian serius dalam pembelajaran semacam ini.
Diskursus
mengenai masyarakat dan pendidikannya, tidak akan bermakna jika tidak didekati
dari latar belakang internal dan eksternal. Ala pendidikan pesantren membentuk
masyarakat menjadi berakhlak mulia. Ini akan menentukan faktor internalnya,
karena masyarakat akan langsung bertemu dengan pengalaman dari apa yang
dipelajarinya, dan dalam bahasa filsafat disebut sebagai aksiologi. Kemudian,
selain sistem pesantren salafi ada juga sistem modern. Sistem pendidikan
pesantren modern ini dipelopori oleh Pondok pesantren Modern Darussalam Gontor
yang pada mulanya berawal dari sistem salafi. Sistem pendidikan ini merupakan
kombinasi antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum (science). Maka, dalam
pendidikan pesantren modern terdapat ilmu-ilmu umum seperti Matematika, Fisika,
Bahasa Inggris, dan lain-lain. Sistem ini juga mengandung unsur perpaduan
antara kurikulum nasional dengan kurikulum lokal.
Pada praktiknya, pendidikan pesantren mengajarkan bentuk kemandirian sosial yang juga dijadikan
sebagai modal utama agar seseorang memiliki kepekaan terhadap lingkungan kehidupannya. Para alumni
pesantren telah mampu menguasai medan masyarakat. Ini artinya bahwa semakin
seseorang mendapatkan pelajaran kemandirian maka semakin seseorang memiliki
rasa peka tehadap kondisi sosialnya. Bisa dibuktikan bahwa tokoh-tokoh agama
telah menjadi extra public opinion di tengah-tengah keragaman pemahan
masyarakat tentang sosial, agama, politik, ekonomi dan budaya. Ini adalah imbas
dari pada bentuk pelajaran kemandirian dan pengabdian terhadap kondisi sosial
masyarakat yang terdapat pada pola pendidikan pesantren, baik pesantren salafi
maupun pesantren modern.
Menghadapi Perkembangan Teknologi
Sebagai
lembaga pendidikan sudah seharusnya mampu menjawab setiap tantangan zaman yang
hadir di masanya. Tentu tidak hanya sebatas transformasi ilmu dari guru kepada
muridnya melainkan sebagai control social dan agen perubahan (agent
of change) dari pada kehidupan sosial. Seiring dengan perkembangan dunia
teknologi yang semakin hari semakin canggih dirasakan memiliki dampak yang
signifikan bagi kelangsungan kehidupan sosial masyarakat. Disadari atau tidak,
teknologi telah banyak merubah pola hidup masyarakat khususnya di perkotaan.
Salah satu contoh adalah kecepatan akses informasi melalui media dan teknologi.
Dahulu, ketika orang ingin mengetahui perkembangan di luar daerahnya harus
menunggu kerabatnya yang berada di luar sana untuk menceritakan keadaan daerah
tersebut, Tetapi sekarang lain hal lain cerita, setiap orang bisa dengan mudah
mengakses informasi daerah luar secara langsunng dan terkini melalui media
televisi, surat kabar bahkan internet.
Seperti yang
digambarkan tersebut di atas, pendidikan pesantren telah sampai kepada jembatan
penghubung arus informasi. Dunia pesantren telah mampu mengejar kemajuan
teknologi informasi. Tidak hanya laboratorium bahasa, komputer dan IPA saja
yang telah memasuki dinding pendidikan pesantren tetapi internet pun sudah
menjadi alat bantu pendidikan di pesantren.
Struktur perubahan yang ada pada pendidikan
pesantren seakan melengkapi wahana pendidikan di masyarakat. Selain dapat
mencerdaskan masyarakat secara keilmuan juga mencerdaskan masyarakat secara
nurani dan kejiwaan (IQ, EQ dan SQ). Ini yang betul-betul menjadi modal utama
kehidupan masyarakat.