Pesatnya
perkembangan zaman ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan
tekhnologi. IPTEK bukan saja membawa manfaat, tapi juga bisa membawa mudharat.
Kemerosotan moral bangsa akhir-akhir ini menjadi salah satu problem sosial akut
yang mengancam eksistensi keislaman dan kebangsaan. Semakin hari dekadensi
moral kian meningkat dan tak mampu dikontrol lagi melalui mekanisme tradisional
dan konvensional. Banten sebagai kawasan yang terus berkembang pasti mengalami
ancaman yang besar bagi perkembangan mentalitas dan moral masyarakatnya.
Kita
saksikan saat ini banyak orang dengan mudahnya meninggalkan perintah agama dan
budaya setempat. Pembunuhan terjadi dimana-mana. Korupsi, kolusi dan nepotisme
merajalela. Bahkan ada sorang ayah tega merenggut kehormatan anak kandungnya
atau seorang anak mengadukan perilaku ibu kandungnya ke polisi. Semua itu
adalah dampak buruk dari dekadensi moral.
Santri
Dalam Sorotan
Di
tengah serbuan globaslisme, nilai-nilai agama dan moral semakin dipinggirkan.
Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan firmannya dalam Al Qur’an surat
Ali Imron ayat 104 :
“Dan hendaknya ada diantara kalian, segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan melarang kemungkaran, maka itulah orang- orang yang mendapat keberuntungan”
Lantas
siapa orang yang mampu melaksanakan tugas yang amat sangat berat ini? Kita
tentu berharap kaum santri yang menjadi ciri khas masyarakat Banten mampu mengantisipasi
persoalan-persoalan umat dan bangsa. Spirit kecendekiaan dari kaum santri
sebagai “Agent of Change” harus terus didorong dan didukung ke dalam aksi-aksi
nyata yang ada dilingkungan sekitarnya.
Apalagi
perubahan-perubahan yang cepat kini menjadi tantangan besar disetiap daerah,
termasuk Propinsi Banten. Kemajuan teknologi, globalisasi dan investasi
merupakan suatu keniscayaan yang tak terhindarkan dan merupakan kenyataan yang
mesti dihadapi. Dilaksanakannya Pekan Olahraga Antar Pondok Pesantren
Nasional (Pospenas) tahun 2016 ini akan membawa dampak positif bagi kecerdasan
kalangan intelektual santri di Banten.
Menengok
Sejarah
Kita
mengetahui bahwa kebesaran Islam sejak awal telah dimulai dari kelahiran
organisasi Ikhwanussafa pada masa Imperium Abbasid. Dari organisasi inilah
muncul kaum cendekiawan yang berpijak pada ajaran-ajaran agamanya. Ibnu Arabi,
Ibnu Sina, Ibnu Kaldun mampu menghasilkan karya-karya besar dan
ensiklopedia-ensiklopedia yang dibaca oleh generasi-generasi berikutnya. Pada
saat yang sama, Eropa mengalami abad kegelapan.
Di
Banten kita mengenal Sultan Hasanudin adalah seorang penguasa sekaligus ulama.
Sultan Ageng Tirtayasa adalah ahli pengairan yang mengerti agama. Bahkan Sultan
Banten ke 4, Abul Mufakir mampu menulis tafsir al Insan al Kamil yang disadur
dari karya-karya Ibnu Arabi. Begitupun Syekh Nawawi terkenal sebagai ulama
besar yang menghasilkan banyak buku dan karya. Islamisasi Afrika dilakukan oleh
Syekh Yusuf al Bantani al Makasari. Sehingga Nelson Mandela pun mengakui beliau
sebagai seorang pencerah bagi kegelapan Afrika.
Demikianlah kemajuan dan perubahan selalu dimulai dari ilmu pengetahuan. Di Banten lebih dari 3000 pondok pesantren memiliki potensi yang besar untuk melakukan perubahan-perubahan signifikan ke arah Banten Yang Beriman Dan Bertakwa sesuai dengan motto Propinsi Banten. Penyelenggaraan Pospenas nanti akan memicu setiap orang di Banten untuk mendekatkan diri dengan aktifitas kepondokpesantrenan, apalagi pondok pesantren akan leih dikenal luas tidak hanya memiliki kajian keislaman saja tetapi olahraga juga terlihat.
Tugas
Santri
Secara
umum, santri ialah orang yang belajar di pondok pesantren guna untuk meneruskan
perjuangan para nabi dalam mengemban amanat yang sangat mulya yaitu
mengmbangkan ajaran agama islam demi terciptanya insan yang senantiasa bertaqwa
kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larang-Nya.Hal ini sesuai
dengan hadis shohih nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh shahabat Imam
Turmudi :
“Ulama adalah pewaris para Nabi”
“Ulama adalah pewaris para Nabi”
“Hanya
orang-orang yang takut kepada Allahlah disebut sebagai kaum ilmuan” (al Fathir:
28)
Tatkala
Nabi sudah tiada, maka tugas kaum ulama dan kaum ilmuan’lah yang akan mewarisi
seluruh tugas para Nabi, dan santri Banten adalah bibit-bibit unggul generasi
baru para ulama yang akan mewarnai “Agent of Change” seluruh aspek kehidupan
yang terjadi di Banten dalam era globalisasi ini.
Dengan meningkatnya peradaban manusia, tantangan santri dari zaman ke zaman semakin lama semakin berat. Saat ini santri tak cukup hanya dengan berdzikir dan duduk berpangkutangan tak melakukan suatu apapun, tak cukup hanya dengan mengaji saja, tapi juga harus berfikir dan mengkaji seluruh fenomena yang terjadi di alam semesta ini sesuai Al Qur’an dan Al Sunnah dan mengaplikasikannya dalam realitas kehidupan.
Dengan meningkatnya peradaban manusia, tantangan santri dari zaman ke zaman semakin lama semakin berat. Saat ini santri tak cukup hanya dengan berdzikir dan duduk berpangkutangan tak melakukan suatu apapun, tak cukup hanya dengan mengaji saja, tapi juga harus berfikir dan mengkaji seluruh fenomena yang terjadi di alam semesta ini sesuai Al Qur’an dan Al Sunnah dan mengaplikasikannya dalam realitas kehidupan.
Tentu
saja kaum santri harus mampu berfikir kreatif dan inovatif dalam menjawab
seluruh tantangan zaman yang terus berkembang ini. Karena bagaimanapun, santri
adalah generesi penerus perjuangan para pahlawan bangsa dan negara yang
mencita-citakan suatu negeri “Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur”.
Syekh
Musthofa Al Gholayyin mencatat dalam kitab Idhotun Nasyi’in :
”Sesungguhanya
di tanganmulah wahai generasi muda urusan bangsa dan negaramu, dan di derap
langkahmulah wahai generasi muda hidup dan matinya bangsa dan negara tersebut”
Hadist
Nabi:
“Saatan
wa Saatan=Pada setiap jaman ada orangnya”
Wahai
ketahuilah, Bangsa kita adalah bangsa yang kaya raya tak kurang satu apapun.
Bangsa kita tak hanya membutuhkan orang cerdas, tak hanya membutuhkan orang yang memiliki intelegensi tinngi, namun bangsa kita juga sangat membutuhkan orang-orang yang memiliki kredibilitas dan loyalitas yang tinggi terhadap negara dan daerahnya.
Bangsa kita tak hanya membutuhkan orang cerdas, tak hanya membutuhkan orang yang memiliki intelegensi tinngi, namun bangsa kita juga sangat membutuhkan orang-orang yang memiliki kredibilitas dan loyalitas yang tinggi terhadap negara dan daerahnya.
Penulis: Mohamad Safari (Sekretaris Jenderal ICMI Orwil Banten)